BSIP Hortikultura Adakan FGD Bertajuk Perluasan Lahan Sawah sebagai Kunci Menuju Kedaulatan Pangan
Senin, 7 Oktober 2024, bertempat di Harris Hotel and Convention, Cibinong, BSIP Hortikultura mengadakan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Perluasan Lahan Sawah sebagai Kunci Menuju Kedaulatan Pangan”. FGD diikuti oleh 200 peserta yang berasal dari berbagai latar belakang, seperti Tenaga Ahli Menteri, Eselon 1 dan 2 Kementerian Pertanian terkait, BRIN, IPB University, UGM, Universitas Padjajaran, HITI, Peragi, HGI, dan Pemerintah Daerah.
Acara dibuka oleh Prof. Ir. Muhammad Arsyad, S.P., M.Si., Ph.D., selaku Staf Khusus Menteri Bidang Percepatan Peningkatan Produksi Pertanian, Kementan. Narasumber yang hadir antara lain Dr. Ir. Anny Mulyani, M.S. yang merupakan Tenaga Ahli Menteri Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Marginal, Prof. Dr. Ir. Budi Mulyanto, M.Sc. Guru Besar Ilmu Tanah IPB University, Prof. Dr. Ir. Fahmuddin Agus, M.Sc. selaku Ketua Dewan Pakar HITI, Dr. Basuki Sumawinata, M.Agr. selaku pakar dan praktisi ilmu tanah, serta Direktur INDEF, Dr. Tauhid Ahmad.
Dalam sambutannya, Kepala BSIP Hortikultura sekaligus Ketua Tim Task Force Cetak Sawah Kementerian Pertanian, Husnain, M.P., M.Sc., Ph.D., menyampaikan target dari FGD ini adalah untuk mendapatkan masukan dari para ahli terkait berbagai hal yang perlu dikalkulasi dalam program cetak sawah berkelanjutan. Aspek yang dipertimbangkan tidak hanya ekonomi, namun juga aspek sosial dan ekologi.
Seluruh narasumber memberikan dukungan terhadap program ekstensifikasi melalui dua skema yaitu perluasan lahan baru dan optimalisasi lahan eksisting melalui peningkatan Indeks Penanaman (IP). Dukungan tersebut tidak lepas dari kebutuhan konsumsi pangan yang terus meningkat namun berbanding terbalik dengan produksinya. Berdasarkan data BPS, tahun 2022 lahan sawah Indonesia memproduksi padi 55,67 juta ton GKG setara dengan 32,07 juta ton beras, sedangkan konsumsi 35,3 juta ton beras, sehingga terdapat defisit sekitar 3,23 juta ton beras. Beban peningkatan produksi semakin berat dan tidak mungkin hanya mengandalkan lahan sawah eksisting.
Koordinasi dengan berbagai instansi, terutama Kementerian PUPR, perlu diperkuat dalam pemanfaatan tata kelola air untuk sektor pertanian. Narasumber juga mengharapkan bahwa cetak lahan baru ini ke depannya tidak hanya mendukung tercapainya swasembada beras, namun dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi sektor lain seperti hortikultura dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing.